Tidak semua kemanfaatan yang kita dapatkan dari orang lain, harus berbayar. Tidak harus ditukar dengan materi, karena kadang kita tidak mampu atau tidak berkesempatan membalas kebaikan itu. Ada hal-hal yang lebih layak dibalas dengan mendoakan: jazakumullah khoiron katsiro, semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan lebih banyak dan berkah.
Kamis, 29 Desember 2016 siang, saya berangkat dari rumah diantar suami dan anak ke pool bis. Tujuan utama adalah mengantar anak ketiga ke tempat belajarnya di Boyolali, Jawa Tengah. Keberangkatan kami diiringi doa dan kebaikan materi dari beberapa teman.
Sebelumnya, saya juga usahakan, bagaimana caranya perjalanan yang cukup melelahkan ini dapat menghasilkan banyak manfaat, istilah jailnya, satu langkah lima goyangan ??, sekali melangkah, beberapa tujuan tercapai.
Oke, saya sudah membuat beberapa tujuan yang akan dicapai.
Pertama, mengantarkan anak sekaligus meyakinkan bahwa kami bermitra dengan pihak yang tepat dalam mendidik.
Kedua, meninggalkan jejak kebaikan yang menginspirasi pada kesempatan yang memungkinkan.
Ketiga, memperluas silaturahim dengan teman yang jarang atau belum pernah bertemu.
Keempat, mendapatkan rizki sebagai kompensasi dari waktu dan tenaga serta biaya yang sudah dikeluarkan, dengan menjual buku atau cara lain.
Kelima, mendapat info, ilmu atau wawasan yang lebih luas dan menginspirasi.
Kemudian, saya melakukan persiapan untuk mencapai tujuan tersebut.
1.Mencari informasi dari sumber terpercaya tentang lembaga pendidikan yang kamk pilih, kemudian memenuhi persyaratan yang diminta secara prosedural.
2.Menghubungi orang-orang yang sekiranya bisa memberi peluang untuk mencapai tujuan berikutnya.
Alhamdulillah, semua tujuan tercapai bahkan lebih dari yang diharapkan.
Sebelum berangkat, teman satu almamater yang tergabung dalam grup keluarga masjid kampus, yang tinggal di Sragen, menawarkan tempat menginap di rumahnya dan telah menyiapkan acara parenting untuk keluarga BPRS Sragen yang dipimpinnya sekaligus memesan buku dalam jumlah yang lumayan banyak.
Selain itu, pimpinan lembaga pendidikan tempat anak saya akan belajar, yang berdomisili di Solo, juga menawarkan guest house pesantren mahasiswa untuk tempat menginap agar lebih dekat dengan masjid kampus UNS, dimana diadakan acara book fair dan camping qur’an yang ingin saya kunjungi.
Setelah dikordinasikan, akhirnya saya putuskan menginap di Sragen, karena beliau, Mas Sunaryo menyanggupi untuk mengantarkan ke UNS.
Jum’at sore, 30 Desember 2016, kami sampai di pool bus terakhir, di daerah Masaran, Mas Naryo sudah menunggu. Seingat saya, saat kuliah belum pernah bertemu, tapi cukup dekat dengan suami.
Wow! Kamar standard hotel dengan segala fasilitas jamuannya untuk kami. Alhamdulillah.
Sabtu, 31 Januari kami, bersama seorang anaknya, pergi meninjau Baitul Qur’an, setelah mengantarkan istrinya yang dokter spesialis ke RSUD Sragen. Memang, salah satu tujuan saya adalah meninjau lembaga pendidikan qur’ani dan acara-acara yang terkait dengan pengajaran qur’an.
Baitul Qur’an sedang menerima pendaftaran murid baru tahun ajaran 2027/18. Lingkungan sekolah dan asrama yang sangat asri, tentu sangat taman untuk belajar. Puncak gunung Lawu tampak dari sana.
Setelah berkeliling di dua komplek dari beberapa yang ada, kami langsung ke UNS Solo. Di sana kami menyaksikan langsung peserta camping qur’an yang berjumlah 400an orang, ngobrol dengan panitia.
Alhamdulillah, bisa bertemu dan sharing dengan Ustadz Rudy Hartanto Al Hafidz tentang kiprah Haramain, yayasan penyelenggara camping Qur’an yang dipimpinnya.
Kemudian kami makan siang di warung pecel yang selalu ramai pengunjung dan terbukti enak dengan harga terjangkau.
Hmmm, serasa turis domestik ?
Kembali ke Sragen sambil terus berkordinasi dengan teman-teman yang mungkin ditemui.
Senin, 1 Januari 2017, jam 8 pagi kami keluar dari rumah, menuju Wisma OO untuk mengisi seminar parenting yang sudah diagendakan, dari 08.30 sd 11.45.
Selesai acara, Mas Naryo berinisiatif membawa kami ke Maospati, untuk bertemu Sofia, teman di grup yang sama. Sebenarnya rencana awal, kami akan bertemu di UNS kemarin, tapi ada beberapa hal yang jadi sebab pembatalan. Saya ewuh pakewuh mau merepotkan lebih banyak, tapi Allah menggerakkan hati beliau untuk mengantarkan kami pada takdir yang baik ini.
Sepanjang jalan saya kordinasi dadakan dengan Polwan cantik Dian Ambarwati yang domisili di Ngawi, salah seorang teman fb yang yakin banget bahwa kami, suatu saat akan bertemu.
Kok mendadak?
Karena memang belum masuk agenda dan baru tahu kalau ke Maospati melewati Ngawi?
Selain itu, saya juga berkordinasi dengan Muji yang sedang dalam perjalanan ke Sragen, mengantarkan anaknya.
Masyaallah! Betapa Allah memberikan begitu banyak karunianya, syukur tiada terkira.?
Kehebohan yang tiada tara bertemu dengan teman yang dirindukan beserta keluarganya.
Agenda hari itu berakhir jam 23.00.
2 Januari 2017.
Agenda terakhir, ke Boyolali, tujuan utama perjalanan kali ini.
Saya janjian dengan Ustadz Ma’ruf di UNS, dzuhur. Tapi karena terlambat, akhirnya Mas Naryo sekeluarga mengantar kami sampai Boyolali, karena saya harus mengisi acara motivasi untuk santri jam 16.00. Sampai di sana, langsung ke masjid setelah mengantarkan barang bawaan ke kamar. Mas Naryo berpamitan sebelum saya mulai, sambil mengamanahkan urusan saya kepada Ustdz Ma’ruf.
Sebenarnya nggak enak, kesannya kok gimanaaa gitu, setelah diantar, langsung ditinggal ngisi acara. Benar! Hanya ucapan jazakumullah khoiron katsiro dari hati terdalam dan tulus, untuk semua kebaikan yang telah diberikannya selama kami menjadi tamunya.
Akhirnya, saya minta tolong mencarikan tiket bus untuk kepulangan besok, karena malam ini sudah tidak mungkin. Saya bermalam di pondok, sambil menghubungi salah satu teman anak sulung saya yang beryugas di Boyolali.
Siangnya, Ustadz Ma’ruf dan istri menjemput saya di pasar Ampel, mengantar belanja anak, khawatir waktunya tidak cukup kalau harus nunggu bis ke pondok.
Sungguh, hari yang tergesa-gesa.
Setelah membereskan segala sesuatunya, jam satu lebih, kami berangkat ke pool bus di Kartosuro, tempat keberangkatan menuju Lampung. Lebih dari satu jam kami ngobrol sambil menunggu bus datang.
Untuk Ustadz Ma’ruf dan keluarga pun, saya hanya mampu berucap dengan setulus hati, jazakumullah khoiron katsiro.
Indahnya silaturahim, ukhuwah, pertemanan yang tidak bisa diuangkan.
#ditulis di bis menuju Lampung.
Mantap bu
trims supportnya 🙁
Hari Gini masih ada yang percaya dibayar pakai jazakallah. Amazing
dan Saya percaya
Pengalaman membuktikan, ketulusan hati akan dibalas Allah dengan hal-hal yang luar biasa